Kenaikan tarif tol di negeri ini selalu mendadak/ kucing-kucingan/ sembunyi-sembunyi/ tanpa ada kepastian, melalui proses "simsalabim". Mula-mula para operator menghembuskan isu kenaikan tarif, lengkap dengan dalil-dalil yang sahih. Isu tersebut dipastikan akan mendapatkan sambutan negatif dari para pengguna. Selanjutnya, para operator "tiarap" sambil menunggu "kesempatan yang tepat". Lalu... secara mendadak akan muncul poster/ spanduk/ pengumuman bahwa tarif tol akan segera naik.
Mau komplain ke mana? Parlemen tidak berisi wakil rakyat, namun para perwakilan partai yang menjalankan kebijaksanaan DPP. Sedangkan DPP tersebut umumnya hanya patuh kepada "ketua dewan pembina". Setelah PEMILU, mana ada posko bencana dari partai? Demikian juga, siapa peduli permasalahan kenaikan tarif tol? Duh!
Pada tanggal 7 Oktober yang lalu, saya berangkat dari UI Depok setelah lohor (sekitar 12:00). Melalui LA (Lenteng Agung), melintas JORR (Jakarta Outer Ring Road), lalu memasuki JAGORAWI (Jakarta Bogor Ciawi). Semula berjalan lancar, namun tersendat lambat mulai pada km 18. Empat kilo meter berikutnya ditempuh dalam waktu lebih dari 30 menit. Ternyata pada km 22.4 ada "truk kontainer dengan nomor polisi B 9434 JO terbalik sekitar pukul 11.50 WIB di KM 22 Tol Jagorawi berada di lajur satu." Karena itu, kendaraan-kendaraan hanya dapat melintas melalui bahu kiri dari jalan tol.
Menjelang jam 13:30, arah Bogor ditutup total oleh petugas untuk memulai proses penyingkiran truk tersebut. Pada saat tersebut, saya berada sekitar 50-100 m menjelang TKP. Upaya untuk mendirikan truk gagal, malahan sekarang truk telah menutup seluruh badan jalan. Proses dihentikan selama sekitar satu jam, namun jalan ke arah Bogor tetap ditutup. Tentu saja antrian semakin panjang. Konon, "lalu lintas tol tersebut mengular hingga Cawang (tol Wiyoto Wiyono)." dan "JORR ikut terkena imbas kemacetan di Jagorawi. Kemacetan mencapai Tanjung Barat sampai Kampung Rambutan"
Sampai sekarang, masih tidak jelas mengapa proses tersebut dihentikan sekitar satu jam. Seharusnya, alat-alat berat tersebut dapat dengan mudah menyingkirkan truk tersebut. Kesannya ialah bahwa truk tersebut harus "diselamatkan" dengan cara didirikan, dan "tidak boleh" disingkirkan karena ada kemungkinan akan berakibat rusak total?! Artinya, biarkan saja ribuan para pembayar tol menunggu -- (sebagian) dengan membakar premium subsidi -- asalkan truk tersebut selamat?! Duh!
Pada akhirnya, terdapat dua hal yang sebaiknya jangan dilupakan oleh para poliTIKUS republik ini -- baik para birokrat, para legislatur, mau pun para pengawas hukum:
* Pertama, sejarah akan mencatat kelakuan kalian. Janganlah berfantasi bahwa kekuasaan sekarang mampu menghapus sejarah untuk masa mendatang!
* Kedua, boleh-boleh saja sekarang lari dari tanggung jawab, tetapi kelak di akhirat tidak akan dapat mangkir!
(sumber detik.com)
DISCLAIMER
This is HOW Me Do IT! Grrr... this blog memo is mainly written for OWN PURPOSES. This post is based on "Google Here, There, and Everywhere". Whether this is PLAGIARY or RESEARCH, there has never been a claim that this is an original work, nor is it necessarily the best solution, and not for Scopus consumption :). Please provide feedback, especially if you have alternative explanations. Hopefully, this note will be helpful in the future when you have forgotten how to solve this trivia problem.
DISKLAIMER
INIlah yang KUlakukan! Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, serta belum tentu pula merupakan solusi terbaik, serta bukan untuk konsumsi Scopus :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.
This is the Way!