Setelah 100 tahun kapal RMS Titanic tenggelam (14 April 1912-2012), masih saja terjadi kesimpang-siuran perihal apa yang terjadi pada malam tersebut. Dari semua penjelasan yang ada, kelihatannya penjelasan Tim Maltin merupakan yang paling masuk akal, yaitu:
BUKAN keteledoran, namun semata karena pengetahuan sains dan teknologi pada saat tersebut belum memungkinkan untuk memprediksi musibah seperti itu.
Pada malam tersebut cerah penuh bintang dan tanpa bulan. Wajarlah, jika diasumsikan bahwa jarak pandang dapat mencapai puluhan kilometer kedepan. Kenyataannya, RMS Titanic baru saja masuk ke dalam zona arus dingin dari utara, yang menyebabkan jarak pandang hanya mencapai beberapa ratus meter. Benda yang jauh akan tetap terlihat, namun menjadi samar-samar/ berubah bentuk akibat ilusi optik. Kekeliruan asumsi jarak pandang berakibat sangat fatal.
Pertama, SOP pada waktu tersebut ialah, pada malam yang cerah penuh bintang, kapal memang diizinkan dengan kecepatan penuh. Diasumsikan bahwa gunung es akan terlihat dari jarak puluhan kilometer, sehingga ada cukup waktu untuk menghindar.
Kedua, kapten serta kru RMS Titanic merupakan yang terbaik pada zamannya. Sang kapten tidak dalam keadaan mabuk, serta tidak dibawah tekanan untuk segera tiba di New York. Kenyataannya, kapten juga memilih rute yang paling
AMAN (
JAUH) untuk menghindari gunung-gunung es.
Ketiga, RMS Titanic tidak dibangun menggunakan bahan berkualitas rendah. Penggunaan paku keling yang sebagian dipasang secara manual (tanpa mesin), merupakan hal yang biasa pada waktu itu. Menurut perhitungan mekanika, memang tidak akan ada kapal yang dapat menahan benturan gunung es sebesar itu.
Keempat, radio telegram memang bukan untuk komunikasi navigasi. Radio tersebut dioperasikan oleh swasta untuk mengirim dan menerima SMS para penumpang kapal. Maklum pada waktu itu, para penumpang belum memiliki WhatsApp untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Kelima, kapal Californian yang berada "dekat" lokasi musibah, tidak menyangka bahwa yang terlihat ialah RMS Titanic. Kondisi jarak pandang yang disebut di atas menyebabkan perubahan bentuk siluet kapal. Masing-masing mencoba untuk mengirim kode morse lampu, namun masing-masing lawan tidak melihat kode morse tersebut karena tersamar dengan langit yang penuh bintang cerah.
Keenam, jumlah perahu sekoci memang sesuai dengan
SOP yang ada. Diasumsikan bahwa lebih aman membangun kapal yang "anti tenggelam" dari pada melengkapi kapal dengan banyak sekoci.
Ketujuh, diketahui telah terjadi kebakaran di ruang penyimpanan batu bara sejak sebelum kapal berangkat. Kebakaran ini sepertinya memiliki dampak dalam percepatan kerusakan struktur kapal. Namun, secara keseluruhan, kapal masih bertahan berjam-jam sebelum terbelah dan tenggelam.
Kedelapan, kebocoran yang terjadi akibat tertabrak gunung es, di bawah 2000 liter per detik. Tidak seperti terlihat di film-film Hollywood, hanya terjadi kerusakan / kebocoran relatif kecil sepanjang tubuh kapal tersebut.
DISCLAIMER
This is HOW Me Do IT! Grrr... this blog memo is mainly written for OWN PURPOSES. This post is based on "Google Here, There, and Everywhere". Whether this is PLAGIARY or RESEARCH, there has never been a claim that this is an original work, nor is it necessarily the best solution, and not for Scopus consumption :). Please provide feedback, especially if you have alternative explanations. Hopefully, this note will be helpful in the future when you have forgotten how to solve this trivia problem.
DISKLAIMER
INIlah yang KUlakukan! Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, serta belum tentu pula merupakan solusi terbaik, serta bukan untuk konsumsi Scopus :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.
This is the Way!