16 Oktober 2011

The American Dream And The Indonesian Nightmare

"The American Dream" (TAD) merupakan sebuah cita-cita/ angan-angan yang menjanjikan kesempatan yang sama bagi siapa pun untuk mencapai kesuksesan terutama dalam kemakmuran di Amerika Serikat. Landasan utama TAD ialah kesempatan yang sama, tanpa prasyarat yang mengada-ada.

"The Indonesian Nightmare" (TIN) merupakan hal-hal yang muncul di Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menghambat terwujudnya semacam TAD. Salah satu TIN yang sangat menghambat ialah tidak ada larangan untuk menentukan prasyarat/ ketentuan yang mengada-ada. Banyak prasyarat yang berdasarkan jenis pendidikan formal yang pernah diraih.

Contoh, untuk menjadi anggota legislatif dipersyaratkan ijazah SMA, tanpa menjelaskan  relevansi antara ijazah yang diraih puluhan tahun sebelumnya, dan kompetensi yang kini dimiliki. Untuk menjadi pelayan rumah makan cepat saji, juga diperlukan ijazah SMA. Untuk menjadi pegawai Bank, dituntut memiliki ijazah sarjana. Industri rumah sakit hanya memilih pegawai yang D3. TIN terjadi karena kita membiarkan ketidak-adilan ini.

Semoga 2014 lebih baik! Tidak juga.
Semoga 2019 lebih baik! Tidak juga.
Semoga 2024 lebih baik?

DISCLAIMER


This is HOW Me Do IT! Grrr... this blog memo is mainly written for OWN PURPOSES. This post is based on "Google Here, There, and Everywhere". Whether this is PLAGIARY or RESEARCH, there has never been a claim that this is an original work, nor is it necessarily the best solution, and not for Scopus consumption :). Please provide feedback, especially if you have alternative explanations. Hopefully, this note will be helpful in the future when you have forgotten how to solve this trivia problem.


DISKLAIMER


INIlah yang KUlakukan! Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, serta belum tentu pula merupakan solusi terbaik, serta bukan untuk konsumsi Scopus :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.

This is the Way!

2 komentar:

  1. Kita memang terbiasa untuk memilih orang berdasarkan gelar. Itu makanya orang di sini suka bikin gelar panjang2. Padahal, kalau di luar nama orang itu jarang disebut gelarnya kecuali perlu....

    BalasHapus
  2. Mungkin untuk memudahkan proses penyaringan. Karena kalau tidak ada syarat gelar, proses benchmark menjadi lebih sulit, parameternya jadi lebih kompleks. Walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi exception (tak bergelar, tapi kompetensi tinggi).

    BalasHapus