18 Agustus 2022

Pelajaran dari Pengembangan Boeing 787 Dreamliner

Pelajaran dari Pengembangan Boeing 787 Dreamliner

 

Menjelang akhir abad 20 lalu, perusahaan McDonnell Douglas yang hampir bangkrut bergabung dengan Boeing. Gabungan ini menghasilkan sebuah perusahaan baru yang namanya tetap "Boeing" namun mengadaptasi budaya ketamakan McDonnell Douglas. Sejak itu, Boeing menjalankan prinsip "POKOKNYA UNTUNG MAXIMUM dengan MODAL MINIMUM." 

Selanjutnya pada awal abad 21 lalu (2003), Boeing menerapkan budaya ini saat pengembangan produk baru yaitu Boeing 787 Dreamliner. Untuk menekan biaya pengembangan, dilakukan "outsourcing" terhadap bagian-bagian pesawat tersebut. Boeing hanya ingin investasi sekitar US$ 5 milyar, sedangkan sisanya harus ditanggung oleh para partner outsourcing tersebut. Boeing berubah menjadi "makelar pesawat" yang merakit lalu menjual pesawat tersebut. Prinsip seperti ini telah lama diterapkan oleh perusahaan seperti Levi's, Nike, Reebook, dst. yang tugasnya memasang "label merek" lalu menjual produk tersebut.

Pada tahun 2007 (sesuai jadwal), Boeing melalukan upacara "slametan" Boeing 787 secara gegap gempita. Sesuai harapan pimpinan, nilai saham dari Boeing langsung meroket. Belakangan terungkap bahwa peluncuran tersebut hanya sebuah kerangka kosong yang sama sekali tidak mampu terbang! Selanjutnya pada tahun yang sama, Boeing mengumumkan "Penundaan Jadwal Layak Terbang" dari pesawat tersebut. Penundaan yang semula 3 bulan, diperpanjang menjadi 6 bulan, 24 bulan, dan seterusnya. Ini merupakan hal yang baru. Sebelumnya, tidak pernah ada penundaan jadwal dalam budaya Boeing.

Niat awal Boeing untuk menghemat biaya ternyata berubah menjadi penambahan biaya yang tidak kunjung selesai! Berbeda dengan membuat sepatu, celana, dst., kebanyakan para partner outsource tidak (belum) memiliki kemampuan produksi yang seperti diharapkan oleh Boeing. Menunjukkan bahwa telah mampu memproduksi sesuatu, tidak berarti mampu memproduksi secara masal! Apalagi menggunakan teknologi baru yang bahkan Boeing sendiri pun belum menguasainya. Hal ini diperburuk dengan kenyataan bahwa para bos di Boeing memiliki kuasa untuk mengabaikan masalah "Quality Control."

Seberapa burukkah kwalitas pengembangan dari Boeing 787? Saking buruknya, sehingga kebanyakan yang faham permasalahnnya, akan mengatakan bahwa "MEREKA TIDAK AKAN MAU NAIK BOEING 787". Berdasarkan penuturan "orang dalam" di lokasi perakitan, mayoritas laporan seputar "Quality Control" berakhir di tempat sampah!

Akhirnya, pesawat dinyatakan layak terbang pada tahun 2011. Niat Boeing mengembangkan pesawat baru dengan modal US$ 5 milyar, kenyataanya menghabiskan lebih dari US$ 30 milyar. Penderitaan baru dimulai! Pada tahun-tahun selanjutnya, pesawat "Dreamliner" ini ternyata jauh dari impian. Kerugian bertambah dan bertambah hingga akhirnya "dikalahkan" oleh kerugian Boeing yang lebih dashyat yaitu kasus Boeing 737 MAX.

Banyak pelajaran yang didapat dari kasus ini. Mampu memproduksi sesuatu tidak berarti dapat juga mampu memproduksi secara masal dengan mutu tinggi! 

Apa hubungannya dengan Sistem Operasi?


Memperkenalkan "LSF" (Linux From Scratch). Dengan mencoba mengerjakan LFS diharapkan dapat membantu untuk memahami segala aspek dari sebuah Sistem Operasi (GNU/Linux). Selain akan mendapatkan pengalaman membangun sebuah sistem dari NOL (0), diharapkan juga mendapatkan pemahaman seputar hal-hal yang harus mendapatkan perhatian. Mengerjakan LFS seharusnya tidak sulit, namun jika membuat kesalahan -- betapa pun kecilnya -- dapat berakibat harus dikerjakan kembali dari awal.

Links:
  • The Boeing 787: Broken Dreams -- https://youtu.be/rvkEpstd9os



  • Are 346 People (Dead) A Result Of A Corporate Merger? -- https://youtu.be/B2IvXSUgpLA


  • Boeing's Fatal Flaw -- https://youtu.be/wXMO0bhPhCw
 



DISCLAIMER


This is HOW Me Do IT! Grrr... this blog memo is mainly written for OWN PURPOSES. This post is based on "Google Here, There, and Everywhere". Whether this is PLAGIARY or RESEARCH, there has never been a claim that this is an original work, nor is it necessarily the best solution, and not for Scopus consumption :). Please provide feedback, especially if you have alternative explanations. Hopefully, this note will be helpful in the future when you have forgotten how to solve this trivia problem.


DISKLAIMER


INIlah yang KUlakukan! Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, serta belum tentu pula merupakan solusi terbaik, serta bukan untuk konsumsi Scopus :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.

This is the Way!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar