19 Agustus 2021

Dr. RAK Samik-Ibrahim (1928 -- 2006)

Almarhum bapak saya, dikenal dengan nama:

Dr. RAK Samik-Ibrahim

Tidak banyak yang tahu singkatan RAK serta mengapa ada "strip" (hyphen) antar "Samik" dan "Ibrahim". Tulisan ini mencoba menjelaskan asal-usul dari nama tersebut.

Pada zaman NOW, nama yang tercantum di KTP harus persis dengan yang tercantum di ijazah SMA. Sedangkan nama di ijazah SMA harus persis dengan yang di akta kelahiran, TITIK! Kalau zaman dahulu, tidak perlu! Setiap orang bebas menentukan siapa namanya, dan bagaimana cara menulisnya. 

Ketika saya masih SMA di tahun 1970-an, kita masih bebas "menentukan" bagaimana kita dipanggil serta bagaimana cara menulisnya! Walaupun namanya "Yusuf", dalam "daftar absen kelas" yang bersangkutan dapat saja tertulis dengan nama "Ucup Yusuf", Zainudin menjadi "Udin Zainudin", Mansyur menjadi "Acun Mansyur", serta Komariah menjadi "Kokom Komariah". Hal ini biasa-biasa saja, tidak ada yang protes atau mempermasalahkan cara penulisan nama mau pun ejaannya.

Almarhum ayah saya lahir di Amping Parak, Sumatera, pada tahun 1928 lalu. Namun, pada kebanyakan dokumen resmi, tertulis lahir pada tahun 1929. Ketika itu, jarang ada yang membuat akta kelahiran. Nama "ASLI" bapak saya --- atau nama "pertama" --- ialah Abu Bakar. Kakek saya, sepertinya sudah merencanakan untuk menamakan anak-anak lelakinya dengan nama sahabat utama Nabi. Almarhum ayah merupakan anak pertama. Nama adik-adik lelakinya, berturut-turut "Umar" (1933-1991), "Usman" (1934-1936), "Ali" (1948-2020) dan "Razak" (1953-2012).

Hanya saja, "Abu Bakar" bukan merupakan nama yang lazim pada saat tersebut. Nama ini juga memiliki konotasi "Abu" hasil "pemBAKARan". Mungkin saja banyak yang "menentang" nama tersebut, sehingga kakek saya mengubah nama tersebut menjadi "Ahmad Qusyasyi". Nama ini merupakan salah satu ulama tarekat Syattariyah yang ternama. Bagaimana cara mengeja nama tersebut? Kakek saya -- berdasarkan dokumen yang ada -- menulis nama ayah saya dengan "Ahmad Khusjasji". Sedangkan ayah saya, "menyederhanakan" ejaan tersebut menjadi 

"Ahmad Kusasi".

Walau pun namanya "Ahmad Kusasi", sejak kecil, biasanya dipanggil dengan nama "Rahmat". Juga "Amai" -- panggilan untuk nenek saya -- memanggil dengan nama Rahmat! Dengan demikian, almarhum dikenal dengan nama: 

"Rahmat Ahmad Kusasi".

Kakek saya bernama "Samik". Ayah dari kakek saya memiliki gelar "Khatib Ibrahim". Juga, kakek dari kakek saya memiliki gelar yang sama yaitu  "Khatib Ibrahim". Gelar ini mungkin saja mengikut nama  "Ibrahim al-Kurani" yang merupakan ulama yang diakui oleh tarekat Syattariah mau pun tarekat Naqsyabandiyah. Karena itu, nama kakek saya menjadi "Samik Ibrahim". Mungkin pada awalnya, kakek saya menjadi pengikut tarekat Syattariah atau Naqsyabandiyah. Hanya saja sejak tahun 1930an, kakek saya turut merintis gerakan Muhammadiyah di Pesisir Selatan.  

Berdasarkan tradisi dunia barat, nama seseorang terdiri dari dua bagian yaitu "Nama Kecil" dan "Nama Besar/Nama Keluarga". Karena itu --- ketika kuliah di Uni-Koeln --- nama ayah menjadi:

Rahmat Ahmad Kusasi Samik-Ibrahim

Karena terlalu panjang, Rahmat Ahmad Kusasi disingkat menjadi "RAK". Agar nama keluarga bukan hanya "Ibrahim", maka antara "Samik" dan "Ibrahim" diberi sambungan strip (hyphen). Setelah mendapatkan gelar S3, ayah lazimnya dikenal dengan:

Dr. RAK Samik-Ibrahim

Tulisan ini ditutup dengan beberapa foto masa lalu.


Olah Raga


Bersama Ayah Gaek dan Amai di Jalan Palinggam 14, Padang.

Sekeluarga


Naik Haji


Bersama Amai dan Adik-Adik


Bersama Bapak Pembangunan RI


Universitas Yarsi




DISCLAIMER


This is HOW Me Do IT! Grrr... this blog memo is mainly written for OWN PURPOSES. This post is based on "Google There, Google Here, Try That, Try This, Then Ask". Whether this is PLAGIARY or RESEARCH, there has never been a claim that this is an original work, nor is it necessarily the best solution, and not for Scopus consumption :). Please provide feedback, especially if you have alternative explanations. Hopefully, this note will be helpful in the future when you have forgotten how to solve this trivia problem.


DISKLAIMER


INIlah yang KUlakukan! Grrr... memo blog ini terutama ditulis untuk KEPERLUAN SENDIRI. Tulisan ini berbasis "Google Sana, Google Sini, Coba Itu, Coba Ini, Lalu Tanya-tanyi". Entah ini PLAGIAT, entah ini RISET, yang jelas tidak pernah ada klaim bahwa ini merupakan karya asli, serta belum tentu pula merupakan solusi terbaik, serta bukan untuk konsumsi Scopus :). Mohon kiranya memberikan tanggapan, terutama jika memiliki solusi alternatif. Semoga catatan ini akan bermanfaat di masa mendatang, saat sudah lupa cara menyelesaikan masalah trivia ini.

Qapla!










Tidak ada komentar:

Posting Komentar